Kisah Juraij dengan Ibunya
Juraij Al-Abid adalah salah seorang ahli ibadah yang shalih di kalangan Bani Israil. Awal mulanya dia adalah seorang pedagang, kemudian dia meninggalkan perdagangannya dan cenderung kepada ibadah. Dia membangun kuil untuk beribadah kepada Allah di dalamnya. Dia ber-uzlah dari manusia, dan inilah rahbaniyah di mana Allah dan Rasulullah melarang kita untuk menjadikannya sebagai cara hidup.
Juraij mempunyai seorang ibu yang shalihah. Di sebagian hari si ibu datang untuk mengunjungi anaknya dan berbincang dengannya. Suatu hari ibunya datang dan memanggilnya. Pada saat itu dia sedang shalat, maka dia lebih mementingkan shalatnya daripada menjawab panggilan ibunya.
Rasulullah . mempraktekkan kepada kita perbuatan si ibu ketika memanggil Juraij. Rasulullah meletakkan telapak tangannya di atas alis matanya, menirukan perbuatan ibu Juraij yang mendongakkan kepalanya ketika memanggil putranya. Orang-orang akan melakukan seperti halnya ibu Juraij jika orang yang dipanggil berada di tempat yang tinggi. Mereka ingin agar bisa melihat orang yang dipanggil dengan melongok kepada mereka. Mungkin sinar matahari yang menyilaukan menimpa kedua matanya ketika dia mengangkat pandangannya kepada anaknya. Dia meletakkan telapak tangannya di alis matanya untuk menahan sinar matahari dari kedua matanya. Semestinya Juraij meninggalkan shalatnya dan menjawab panggilan ibunya, karena menjawab ibu lebih baik daripada shalat sunnah. Dia bisa meringankan shalatnya dan bersegera menemui ibunya. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan shalat daripada ibunya, dan sepertinya dia meneruskan kenikmatan di dalam shalatnya hingga tidak meninggalkan shalat karena satu dan lain hal.
Rasulullah . mempraktekkan kepada kita perbuatan si ibu ketika memanggil Juraij. Rasulullah meletakkan telapak tangannya di atas alis matanya, menirukan perbuatan ibu Juraij yang mendongakkan kepalanya ketika memanggil putranya. Orang-orang akan melakukan seperti halnya ibu Juraij jika orang yang dipanggil berada di tempat yang tinggi. Mereka ingin agar bisa melihat orang yang dipanggil dengan melongok kepada mereka. Mungkin sinar matahari yang menyilaukan menimpa kedua matanya ketika dia mengangkat pandangannya kepada anaknya. Dia meletakkan telapak tangannya di alis matanya untuk menahan sinar matahari dari kedua matanya. Semestinya Juraij meninggalkan shalatnya dan menjawab panggilan ibunya, karena menjawab ibu lebih baik daripada shalat sunnah. Dia bisa meringankan shalatnya dan bersegera menemui ibunya. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan shalat daripada ibunya, dan sepertinya dia meneruskan kenikmatan di dalam shalatnya hingga tidak meninggalkan shalat karena satu dan lain hal.
Esok harinya ibu mengulangi panggilannya, begitu pula di hari ketiga. Nasibnya di kali kedua dan ketiga tidaklah lebih baik daripada nasibnya di kali pertama. Karena itu ibu Juraij marah, lalu dia berdoa atasnya dan Allah mengabulkan doanya. Ibu Juraij berdoa agar Allah tidak mematikannya hingga menjadikannya melihat wajah pelacur. Rasulullah telah menyampaikan kepada kita, seandainya ibu Juraij berdoa atasnya agar tertimpa fitnah niscaya dia akan terfitnah. Jika Allah menghendaki sesuatu, maka ia terjadi dan memudahkan sebab-sebabnya.
Allah telah menyiapkan sebab-sebabnya dengan mengutus seorang pelacur untuk merayu dan menggodanya. Penyebabnya adalah bahwa Bani Israil membicarakan kebaikan dan ibadah Juraij. Maka wanita ini begitu meremehkan Juraij, keshalihan dan ketaqwaannya. Dia mengklaim bahwa jika dia yang merayunya, maka Juraij akan bertekuk lutut dan jatuh seperti yang lain. Wanita ini begitu percaya diri dengan alasan kecantikannya dan berdasarkan hadis di disebutkan bahwa orang-orang menjadikan wanita ini sebagai ikon kecantikan dan kemolekan. Orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur kenistaan mengira bahwa semua manusia adalah seperti yang mereka kenal. Mereka tidak menyangka bahwa di antara manusia terdapat hamba Allah yang menjauhi kenikmatan dunia yang hanya sementara dan tidak abadi, juga bahwa terdapat di kalangan mereka orang-orang dengan iman dan taqwa serta agama yang menjaga mereka sehingga tidak terjerumus ke dalam kenistaan dan perbuatan keji.
Di antara mereka adalah Nabiyullah Yusuf 'Alaihissalam. yang menjadi tauladan di bidang ini dan Al-Qur'an telah menyampaikan kisahnya. Lalu ada Juraij, si ahli ibadah yang digoda oleh wanita pelacur tetapi dia tidak menolehnya, tidak tergoda dan terus khusyuk dalam ibadah dan shalatnya, seolah-olah dia tidak melihat dan menyaksikannya.
Orang yang mengetahui tabiat manusia akan mengetahui sejauh mana kesedihan dan kemarahan yang ada di hati wanita nista akibat penolakan seperti ini. Dengan penolakan ini, maka dia kalah perang. Hal ini karena dia telah berjanji kepada orang-orang yang membicarakan kebaikan Juraij agar ia memfitnahnya dan menjerumuskannya ke dalam pelukannya. Sekarang, dia pulang dengan hasil yang nihil. Keinginannya gagal dan impiannya kandas.
Dia benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Oleh karena itu, dia membuat makar besar terhadap Juraij. Wanita ini melihat seorang penggembala yang menginap di kuil Juraij. Dia menginap bersamanya dan berbuat mesum dengannya. Hasilnya, dia hamil di malam itu. Manakala dia melahirkan bayinya, dia mengatakan bahwa bayi itu adalah hasil perbuatan Juraij ahli ibadah.
Juraijlah pelaku perbuatan buruk ini. Ini berarti Juraij beribadah secara dusta, kebaikannya hanyalah sekedar pemanis yang palsu. Betapa sedih dan marahnya orang-orang manakala mereka meletakkan kepercayaan kepada orang-orang yang menampakkan kebaikan, ketaqwaan dan keteguhan beragama, kemudian ternyata mereka buruk. Orang- orang yang mereka percayai hanya serigala berbulu domba atau musang berbulu ayam untuk menipu orang- orang bodoh. Maka, mereka pun berbalik melawan ketika kesempatan tersebut tersedia, sebagaimana orang-orang memperlakukan rahib yang diceritakan oleh Salman ketika dia mengambil dan menimbun harta sedekah mereka. Mereka menyalibnya setelah dia mati dan menolak menguburkannya.
Penduduk desa mendatangi Juraij dengan kemarahan yang memuncak di hati dan pembuluh darah mereka. Mereka meminta Juraij turun dan meninggalkan ibadah dusta yang ditampakkannya. Tetapi Juraij tidak menghiraukan panggilan mereka karena dia terus larut dalam ibadah dan shalatnya. Pada saat itu kapak-kapak dan sekop-sekop mereka bekerja menghancurkan kuil Juraij. Melihat itu Juraij pun turun untuk menemui mereka. Akibatnya, mereka meneriaki dan memukulinya.
Ketika Juraij bertanya tentang alasan kemarahannya, mereka mengatakan perbuatan Juraij. Mereka meminta agar Juraij bertanya kepada wanita yang telah mengakui apa yang dia akui itu. Juraij tersenyum mendengar ucapan mereka. Dia benar dalam ibadahnya, jujur dalam istiqomahnya. Dia yakin tidak melakukan seperti tuduhan mereka. Tuduhan wanita hina itu hanyalah dusta yang terbuka. Juraij meminta kepada orang-orang yang marah agar memberinya waktu untuk berwudhu dan shalat. Selesai shalat dia mendatangi bocah yang baru dilahirkan beberapa jam atau beberapa hari. Juraij menusuk perutnya sambil bertanya, sementara orang-orang terdiam, "Siapa bapakmu?"
Sebuah ayat Allah yang menunjukkan kepada-Nya dan kepada besarnya kodrat-Nya, bayi itu berbicara dengan suara yang terdengar, ucapan yang jelas dan dipahami. Bayi itu menjawab, "Bapakku adalah fulan penggembala kambing." Orang-orang menyadari besarnya kejahatan mereka terhadap seorang hamba shalih. Mereka mengetahui bahwa Juraij tidak termasuk dalam deretan orang-orang yang mereka duga. Juraij bukan penjilat dan bukan penipu, dia benar dalam ibadah dan keshalihannya, dan bahwa wanita inilah yang telah berdusta dengan menuduh Juraij. Mereka menyadari bahwa mereka telah terburu-buru mempercayai tuduhan itu, sebagaimana mereka telah gegabah memukuli Juraij dan merobohkan kuilnya. Orang-orang yang bertindak terburu-buru itu mencoba menghapus kesalahan mereka pada Juraij. Mereka menawarkan kepadanya untuk membangun tempat ibadahnya dari emas atau perak, tetapi Juraij menolaknya. Dia ngotot supaya tempat ibadahnya dikembalikan dengan tanah seperti sedia kala. Mereka melakukan. Begitu selesai Juraij masuk kembali untuk beribadah kepada Tuhannya.
Allah telah menjawab doa ibu Juraij pada Juraij. Dia mewujudkan keinginannya, akan tetapi Dia menyelamatkannya dengan keshalihan dan ketaqwaannya. Terdapat dua pelajaran yang berharga pada dikabulkannya doa ibu Juraij dan selamatnya Juraij.
(Kisah diatas diambil dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah. Hadis di dalam Shahih Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab firman Allah,
"Dan sebutlah Maryam dalam Al-Kitab." (QS. Maryam: 16), 6/476, no. 3436. Dan Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Bir Was Shilah, bab mendahulukan Birrul Walidain di atas shalat sunnah, 4/1976, no. 2550.)
"Dan sebutlah Maryam dalam Al-Kitab." (QS. Maryam: 16), 6/476, no. 3436. Dan Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Bir Was Shilah, bab mendahulukan Birrul Walidain di atas shalat sunnah, 4/1976, no. 2550.)
apik banget. . . .
ReplyDelete